Sabtu, 31 Oktober 2015

Tanah




Secara sederhana didefinisikan sebagai  campuran dari hancuran organik (humus) dan produk pelapukaan batuan. Tanah juga juga didefinisikan sebagai bagian dari regolith yang memiliki kemampuan menunjang kehidupan tumbuh-tumbuhan.  Regolith adalah fragmen batuan dan mineral yang tidak terkonsolidasi yang  menutupi permukaan bumi. Regolith dapat dibedakan menjadi :  residual (terbentuk dari bedrock di bawahnya) dan  tertransport (terbentuk dari material yang telah berpindah dari tempat asalnya).
 Sifat tanah tergantung pada material asal dan modifikasi kimia dan fisika yang berlangsung selama pembentukannya (pedogenesisi) melalui berbagai episode pelapukan sebagai respons terhadap berbagai faktor yang memiliki hubungan interdepedensi, antara lain iklim, gemorfologi dan aktivitas organik.
Secara global, regional dan lokal,  terdapat variasi iklim, material induk (batuan) maupun vegetasi,  tak mengherankan jika dijumpai tipe tanah yang bervariasi.  Masing-masing memiliki keunikan, baik dalam perkembangan profil, mineralogi, dan kimia maupun  hubungannya terhadap material sumber  di bawahnya.  Hal ini harus ikut dipertimbangkan, jika tanah atau produk turunannya (seperti stream sediment) digunakan sebagai media sample eksplorasi.

 

Profil Tanah

Proses pembentukan tanah berlangsung melalui berbagai tahap, mulai  dari tahap muda sampai  dewasa, menuju tahap kesetimbangan. Pergerakan material dalam bentuk larutan air dan suspensi,  terutama kearah bawah  (juga  sedikit ke samping dan ke atas) dan reaksi kimia yang  kompleks dapat menyebabkan berkembangnya profil tanah, yaitu lapisan-lapisan atau  horizon-horizon yang terbentuk secara alami, tersusun dari permukaan bumi ke bawah. Hoizon-horizon ini dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur,  dan strukturnya.
Tanah yang berkembang baik umumnya memperlihatkan tiga  horizon utama, yaitu A, B, dan C. Horizon A dan B adalah komponen tanah yang sebenarnya, sedangkan  C adalah material induk yang lapuk. 
Gambar 3.1 Profil Tanah
Horizon A dibedakan menjadi horizon A0 di permukaan., merupakan lapisan kaya organik berasal dari akumulasi  sisa vegetasi yang membentuk  humus. Horizon ini  biasanya berwarna gelap. Mikro-organisme seperti alga, fungi, bakteri, cacing, insekta dan lain-lain memegang peranan penting dalam dekomposisi material organik. Di bawah horizon A0 terdapat horizon tanah berwarna terang yang disebut horizon A1, merupakan lokasi leaching dan eluviasi maksimum. Air hujan yang kaya akan oksigen, karbon dioksida dan asam organik (humik dan fluvik)  merembes perlahan ke arah bawah melalui pori, retakan dan rongga menyebabkan unsur mobil  seperti  K, Mg, Na  mengalami leaching (larut  dan berpindah tempat), sedangkan  material halus seperti koloid lempung dan sesquioxides (oksida besi dan alumina) mengalami eluviasi atau bermigrasi dalam bentuk suspensi  ke arah profil yang lebih rendah.
Di bawah horizon A terdapat horizon B yang memiliki  warna khas: coklat, coklat kemerah-merahan atau coklat kekuning-kuningan, karena horizon B merupakan tempat diendapkankannya lempung dan sesquioxide (oksida besi dan alumina), Komponen terlarut yang merembes dari atas dapat diendapkan di horizon ini atau  terbawa oleh aliran airtanah masuk ke dalam drainage permukaan.
Proses leaching  pada  horizon A dan akumulasi pada horizon B dalam studi tanah dikenal dengan istilah podzolisasi.
Pada jenis tanah tertentu terkadang dijumpai bleached zone yang berwarna abu-abu terang atau keputih-putihan terdapat diantara horizon A dan horizon B yang disebut horizon E
Di bawah horizon B terdapat  zone batuan dasar  yang disebut horizon C, yaitu  batuan lapuk yang lunak  dan remuk, namun in situ  dan masih memperlihatkan tekstur dan struktur batuan asalnya. Batuan lapuk ini dikenal juga dengan istilah saprolit.
Tidak semua sekuen profil tanah dapat dijumpai di semua tempat. Penyebabnya  karena profil tanah telah tererosi atau tanah tidak/belum berkembang baik  (immature) . Tanah yang immature biasanya  tidak memiliki horizon B.
Profil tanah dapat berkembang pada batuan dasar in situ ataupun material tertransport seperti halnya aluvial, hasil erosi  glasial, dan juga  pada sisa-sisa profil tanah terdahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar