Kamis, 29 Oktober 2015

Mineral dan Mineralogi



MINERAL DAN MINERALOGI

        Dalam studi Geologi yang mempelajari keseluruhan hal-hal tentang Bumi mulai dari pembentukkan, komposisi, sifat-sifat fisik, struktur, hingga gejala-gejala yang terjadi didalamnya, kita tentu saja harus mempelajari dasar-dasar tentang Bumi dan juga pembagian-pembagiannya secara khusus nantinya. Dan pada tahap pertama yang harus dipelajari adalah apa sajakah sebenarnya materi-materi pembentuk Bumi kita ini. Setelah itu barulah kita dapat mempelajari materi pada tingkat-tingkat selanjutnya yang ada dalam ruang lingkup studi Teknik Pertambangan.
Pada materi yang telah kita pelajari sebelumnya, yaitu materi Kristalografi, telah dijelaskan urutan materi pembentuk Bumi ini. Dari yang terkecil yaitu kristal, mineral dan kemudian adalah batuan. Dan yang akan lita pelajari selanjutnya adalah tentang mineral. Dalam mempelajari semua hal tentang mineral, mulai dari sifat-sifat fisiknya hingga keterdapatannya pada batuan dinamakan dengan Mineralogi.
Pada tahap ini kita akan belajar tentang semua hal yang berkaitan dengan mineral. Dalam studi Geologi, ini sangat penting, karena mineral adalah salah satu satuan dasar pembentuk Bumi ini. Dan dengan bekal ilmu Kristalografi yang telah dipelajari sebelumnya, kita akan dapat mengenal mineral-mineral apa sajakah yang terdapat di Bumi, bagaimana keterdapatannya, hingga akhirnya juga dapat mengetahui manfaat dari mineral itu sendiri.
A.           Mineralogi
Mineralogi merupakan cabang ilmu dari geologi yang memelajari atau mengaji masalah pembentukan, keterdapatan, sifat-sifat, susunan, dan klasifikasi mineral.
B.           Mineral
Mineral adalah senyawa sejumlah unsur anorganik berbentuk padat, terbentuk secara alamiah, yang mempunyai bangun  dan karakteristika susunan kimia, bentuk kristal, dan sifat fisik secara teratur dan tertentu
C.           Pengelompokan Mineral.
1.            Pengelompokan berdasarkan fungsi atau peran.
·                     Mineral pembentuk batuan yaitu kelompok mineral yang keterdapatannya dalam jumlah banyak pada batuan dapat menentukan nama pokok batuan terutama batuan beku. Contoh mineral pembentuk batuan yaitu kuarsa, felspar, plagioklas, , olivin, biotit, dan hornblende.
Foto 1
Olivine
·                     Mineral bijih adalah kelompok mineral yang darinya dapat diambil atau diekstrak logamnya. Contoh beberapa mineral bijih adalah kalkopirit, galena, sfalerit, kasiterit, magnetit.
Foto 2
Kalkopirit
2.            Pengelompokan berdasarkan susunan/komposisinya.
·                     Mineral silikat yaitu mineral yang mengandung gugusan silikat (mengandung unsur Si dan O) atau alumosilikat (Si, O, dan Al), seperti sebagian besar mineral pembentuk batuan. Contohnya adalah ortoklas, plagioklas, hornblenda, biotit, dsb.
·                     Mineral oksida, yaitu mineral yang mengandung gugusan oksigen, seperti kuarsa, kasiterit, magnetit, hematit, khromit, dsb.
·                     Mineral sulfida, yaitu mineral yang mengandung gugusan sulfur, seperti pirit, khalkopirit, sfalerit dsb.
·                     Mineral karbonat, yaitu mineral yang mengandung gugusan karbonat, seperti kalsit, magnesit, dsb.
·                     Mineral sulfat, yaitu mineral yang mengandung gugusan sulfat.
·                     Mineral2 sulfosalt, fosfat, molibdat, borat, tungstat, vanadat, halide.
3.            Pengelompokan berdasarkan pembentukannya.
·                     Mineral primer yaitu mineral yang terbentuk pada awal pembekuan magma atau hasil penghabluran langsung dari magma dalam pembentukan batuan. Mineral primer ini biasanya menyusun batuan beku. Mineral primer dapat berupa mineral utama atau mineral ikutan
Contoh: felspar, plagioklas, biotit, kuarsa, galena, pirit, kalkopirit, dsb.
·                     Mineral sekunder yaitu mineral yang terbentuk karena adanya proses perubahan (pelapukan, ubahan, malihan) yang dialami mineral primer pada batuan. Mineral sekunder ini dapat terbentuk karena pengaruh intrusi magma atau kegiatan atmosfer.
Contoh: limonit, mineral lempung seperti kaolin (felspar), sausurit (Ca-plagioklas), monmorilonit, smektit, illite, khlorit (mineral Fe-Mg), serpentin (mineral Fe-Mg, olivin), serisit, dan biotit (sekunder).
D.           Pengenalan Mineral
Ada beberapa cara untuk mengenali mineral, seperti :
·                     Megaskopis
Pengenalan mineral secara langsung tanpa bantuan alat (mikroskup) atau dengan mata biasa (telanjang). Alat pengenal (pembesar) yang digunakan biasanya lup (10-20 kali).
·                     Mikroskopis
Pengenalan mineral dengan bantuan mikroskup baik polarisasi, refleksi maupun binokuler.
·                     analisis laboratorium
Pengenalan mineral dengan cara analisis kimia.
E.            Sifat Fisik Mineral
a.            Warna.
Sejumlah mineral memiliki warna khas tertentu.
b.            Kilap.
Kemampuan mineral memantulkan sinar, seperti :
Ø    Kilap non logam .
Ø    Kilap sub logam .
Ø    Kilap logam .
c.            Coreng .
v    Sejumlah mineral memberikan bekas/warna corengan pada porselin.
v    Warna corengan tidak selalu sama dengan warna mineral.
v    Mineral yang warna dan corengannya sama.
v    Mineral yang warna dan corengannya tidak sama.
d.            Kekerasan .
Kemampuan mineral menggores pada mineral lain
e.            Pembelahan.
Pembelahan merupakan kecenderungan suatu mineral untuk membelah mengikuti bidang tertentu sesuai dengan bentuk atau struktur pengaturan atom dalam kristalnya.
f.             Bentuk kristal.
Setiap mineral memiliki bentuk kristal yang berbeda. Berdasarkan sistem sumbu kristalnya, mineral dikelompokkan menjadi isometrik, tetragonal, heksagonal, ortorombik, monoklinik, dan triklinik.
g.            Transparansi,
Transparansi merupakan kemampuan mineral untuk meneruskan atau menahan sinar.
h.            Kemagnitan,
Sejumlah mineral mempunyai sifat kemagnitan yaitu dapat ditarik oleh magnit.
i.              Berat jenis,
Setiap mineral memiliki berat jenis yang berbeda satu sama lain tergantung pada susunan kimianya.
j.              Radioaktivitas.
Radioaktivitas merupakan sifat dari suatu mineral untuk memancarkan sinar radioaktif,
F.            Pembentukan Mineral
            Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi, penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek biologis dan fisika.
Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.
1.            Proses Magmatis
         Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu.


2.            Proses Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C sampai 450˚C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.
3.            Proses Pneumatolisis
        Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut mineralpneumatolitis.


KESIMPULAN


Mineral merupan perwujudan dari  suatu bahan organik yang terbentuk secara alamiah  yang memiliki suatu susunan kimia tertentu.  Mineral terbentuk pada suhu tertentu dan setiap mineral memiliki struktur kristal yang khas dimana setiap mineral memiliki suatu kristal yang berbeda yang dikarenakan perbedaan komposisi kimia dan perbedaan suhu pembentukan.
 Dalam studi geologi mempelajari mineralogi sangat penting, karena mineral adalah salah satu satuan dasar pembentuk bumi ini. Dan dengan bekal ilmu kristalografi yang telah dipelajari sebelumnya, kita akan dapat mengenal mineral-mineral apa sajakah yang terdapat di Bumi, bagaimana keterdapatannya, hingga akhirnya juga dapat mengetahui manfaat dari mineral itu sendiri.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar