Lipatan Paralel
Lipatan paralel dapat dimisalkan dengan suatu lipatan
atau lekukan sederhana dari pada perlapisan geladak (Gambar 8.1). Perubahan
total secara sempurna dari lekukan lapisan itu, dan kemungkinan keterjadian di
atas permukaan dari masing-masing lapisan tak dapat dielakkan akibatnya.
Kemungkinan terpenting dari gelinciran/kelicinan dapat ditunjukkan dengan
mencoba untuk membelokkan lapisan dimana
benar-benar terapit bersama dari masing-masing. Dengan menghindari terjadingan
gelinciran (slip), Lapisan daripada struktur dibatasi dan total “deck” nya
kaku/keras seperti blok kayu. Bukti nyata dari bidang datar tersebut dapat
ditemukan keberadaan lipatan.
Juga, total dari pada belokan, lapisan – lapisan pada
permukaan terpotong sejauh busar terluar dan mengerut sepanjang sebelah dalam busar. Penipisan dari pada
material yang berdekatan ke busar terluar dan saling mengisi proses penebalan
yang berdekatan ke busar sebelah dalam. Dua proses tadi dipisahkan oleh permukaan
yang tidak ber-regangan, disebut permukaan netral terbatas. Sementara perubahan
ketebalan cenderung tidak terjadi, secara umum itu akan menjadi perubahan
bentuk ketebalan dari pada lapisan. Lebih lanjut, tegangan skala kecil dan
kompresi dari struktur akan berkembang di dua regional tadi. Bagaimanapun juga,
jika lapisannya tipis seperti model “deck”, efeknya kecil dan perubahan ketebalan dapat diabaikan; juga total
ketebalan dari kesatuan akan
meninggalkan nilai konstan yang efektif. (ini dapat diperjelas dengan
pengukuran dari lekukan “deck”; tentu saja, “card” harus tertinggal dalam
hubungan dengan lekukan). Dengan penebalan orthogonal konstan, model dari
lipatan akan berbentuk paralel.
Kondisi fisik dari perlapisan juga menentukan kondisi
lebih lanjut terhadap tiga bentuk dimensi dari pada model lipatan. Seperti
garis lurus, jika itu lipatan berarti silinder. Pertama yaitu suatu waktu
perlapisan adalah perlipatan, lekukan miring kedua dengan bidang datar adalah
tidak mungkin. Sifat ini, yang mana menunjukkan berombak-ombak.
Bidang datar yang terbentuk seperti konsep gunting besar.
Sudut dari ‘gunting besar’ itu berhubungan dengan bentuk lipatan dan dapat
dengan mudah dihitung (Ramsay, 1967.p.392). Diperkirakan lipatan terbentuk dari
dua busar ‘circular’ , masing-masing
ditetapkan dengan radius lengkungan dan sudut (r1,
q1 danr2, q2; Gambar 8.3). Di
titik B’, Dip a1= q1. Panjang dari busar
diperoleh dari lengkungan radius dan radian.
Adapun,
BB” =
AB” – A’ B’ = q1 t
Serupa, di C’ dip
a2 = q1 + q2 t
CC” =
AC” – A’C’ = (q1 + q2) t
Jumlah dari perlapisan tergantung dari pada sudut pada
busar relatif ke bekas dari pada permukaan, dan ini berdiri sendiri dari pada
perubahan lekukan. Perlapisan juga menunjukkan sesuai dengan penebalan dari
lapisan. Pembagian regangan dapat diutarakan dengan istilah dari sudut
dip.
g = Tan b = a
Hubungan ini telah dibahas untuk nilai dari dip 0 - 900,
yang hasilnya ditampilkan pada gambar 8.4. Dalam kombinasi dengan gambar 5.4a
dan 5.4b, kemungkinan untuk menentukan nilai dari arah regangan prinsip di tiap
titik semakin jelas.
Lipatan Paralel dalam bagian silang
Sifat dari kestabilan ketebalan Ortogonal termasuk garis tegaklurus terhadap lapisan
satu juga termasuk tegaklurus terhadap lapisan diatas dan dibawahnya. Terus,
pada kenyataannya banyak kurva dapat dinyatakan dengan “sirkular tangensial”
seri , bentuk dari basik geometri menjadi lipatan parallel bagian silang.
Kontruksi ini tergantung dari pada masalah dasar bahwa lingkaran tengah
tangensial yang berada pada garis lurus melalui palung terhadap titik kontak dan tegak lurus
terhadap “common tangent” (Busk, 1929,p.13). Pad gambar 8.5, dua lingkaran
dengan tengahnya 01 A dan 02
A adalah tegaklurus terhadap tangen AB, juga harus berada pada dalam garis
lurus yang sama.
Penggunaan sederhada dari pada prinsip ini adalah
terhadap masalah dari bentuk kurva lapisan diantara pengukuran dip secara
berturut-turut. Seperti pada gambar 8.6, pada tiap-tiap dua dip, yaitu A dan B,
gambar normal OA dan OB, berpotongan di titik O. Dengan OA dan OB adalah “radii”,
gabar dari busar AC dan BD, yang berada itu merupakan bentuk dari pada kurva
yang berasal dari pada lapisan. Catatan bahwa ketebalan yang terlihat antara A
dan B yaitu AD = BC.
Kontruksi dapat
diperpanjang secara sederhana untuk kasus tiga atau lebih dari jumlah
Dip (gambar 8.7). Jika A, B dan C adalah dip, gambaran normal untuk pasangan
pertma A dan B, terletak pada tangen kurva 01. Juga terhadap
pasangan kedua B dan C,
dinamakan tengan 02 . Dengan pendekatan
“radii”.
Jika perilaku dari dua lapisan yang berdekatan dalam satu
lokasi adalah sama, kontruksi sederhana pada 2 dip A dan B akan parallel dan
memerlukan “arc” akan menjadi garis lurus (gambar 8.8). Jika perbedaan antara
pengukuran sifat secara berturut-turut sedikit, kontruksi normalnya akan memotong
seksi bagian atas atau bawah, dan radiusnya harus melewati perluasan dari
sorotan kompas pengukuran. Ini dikontrol dengan pekerjaan skala kecil, atau
jarak busar yang jauh sebagai perkiraan.
Permasalahan
Tentukan Dip normal AB dan CD, seperti bentuk parallel,
gambar sirkular busar melalui titik A (gambar 8.9)
Kontruksi
(Busk, 1929.p.21)
- Gambar AC tegaklurus ke AB, dan AE tegaklurus ke CD.
- Bagi dua sudut CAE, dengan pertemuan CD di G.
- Bangun GF tegaklurus ke CD.
- Titik G adalah perpotongan dari CD, dan busar dapat dengan mudah di sketsa dari A ke G. Hasil tangen AF dan FG, menjadi posisi tepat pada busar ini.
Kebenaran dari kontruksi ini pada kenyataannya bahwa
sudut AOF dan GOF adalah sama, dan juga OA = OG (Busk, 1929.p.22).
Dalam rekontruksi lipatan harus, tentu saja, sesuai
dengan bukti di lapangan. Jika diketahui bahwa tampak horizon sepanjang garis
melintang dan pembukaannya tidak lengkap, dimana tidak ada kesesuaian diantara
kondisi asli dengan posisi rekontruksi. Jika dapat disimpulkan bahwa kesalahan
tidak seharusnya ada pada faktor lain,
seperti penipisan atau ketidaksesuaian, dip pertengahan harus di interpolasi
untuk membetulkan kondisi sebenarnya dan memprediksi situasi dari pada horizon.
Dip ini dapat di interpolasi dimana saja sepanjang garis lurus, tapi
ketiadaan dari informasi lebih lanjut,
termasuk posisi terbaik, dimana perbedaan antara hubungan sudut dip yaitu
besar, atau jarak antara pengukuran juga besar, atau keduanya.
Permasalahan
Selesaikan dua dip yang berdekatan, gambar kurva untuk
mencapai keduanya. (gambar 8.10)
Kontruksi (Hingginns, 1962)
1. Tentukan nama pada dip A
lebih kecil dari dip B. Kontruksi normal ke tiap-tiap perpotongan pada C dan perpanjangan di luar. Biasanya C
akan digunakan pada tangen dari kurva untuk busar antara normal.
2. Gambar garis tegaklurus perporongan AB,
dimana AC terletak pada titik Z.
3. Tentukan (perkiraan) lokasi dari titik 0a pada AC diluar Z dengan sesuai.
4.
Tentukan D dari garis normal BC, sehingga BD = AOa.
5.
Tentukan Ob pada
perpotongan garis lurus dari DOa dengan BD.
- Oa dan Ob terletak ditengah dari dua busar tangen yang mana terdapat keterangan dari kurva. Garis OaOb adalah normal untuk interpolasi dip.
Dengan teknik kontruksi tersebut, bentuk dari pada
lipatan harus direkontruksi pada peta atau garis dibuat dengan jelas untuk
tujuan. Pada kasus yang lain, garis dari pada bagian tegak lurus ke strike.
Dalam persiapan bagiannya, biasanya ditetapkan garis Timur atau Utara pada
penggambaran.
Lipatan teratur, kemungkinan jarang berada pada kondisi
tegaklurus untuk pengukuran semua strike, pada kondisi dip semu harus
diperhitungkan sebelum di plot.
Pembacaan dalam pemilihan bagian nomer cukup jarang.
Pengukuran yang lain digunakan pada pembangunan jarak pendek ke garis dari pada
bagianya. Secara umum parallel terhadap garis strike, tetapi ini membutuhkan
pengaturan untuk pergerakan yang berarti dari bagian garis dan arah dip.
Keperluan untuk megnubah dip semu dan dip miring dimaksud bahwa lipatan tidak
berbentuk selinder, dan kesalahan ini tetunya harus disimpan dalam pikiran
ketika menginterpretasi rekontruksi.
Permasalahan (Gambar
8.11)
Berikan sudut dip secara benar ke garis Timur-Barat
seperti yang dibutuhkan. Kontruksi ulang lipatannya.
A = 20 E
B = 10 W
C = 45 W
D = 10 W
E = Horizontal
F = 25 E
G = 75 E
H = 50 E
I = 20 W
Kontruksi (Busk, 1929.p.19)
- Gambarlah pengukuran dari singkapan masing-masing dip. Kemudian memotong secara berturut-turut pada titik O1 sampai O8 .
- Dengan O1 sebagai tengah dan O2 A sebagai radius, gambar busar untuk O1B yang kemudian tetapkan titik K.
- Dengan O2 sebagai tengah dan O2 K sebagai radius, gambar busar ke O2 C, berikan titik L.
- Ulangi berturut-turut dengan O3 sebagai tengah sampai O8, berikan busar LM, MN, NP, PQ, QR dan RS. Kurva dari ALMNPQRS menjadi jejak dalam bagian dari permukaan lipatan melalui titik A.
- Proses serupa juga dilakukan untuk merekonstruksi bentuk horizon melalui titik A1 dan A2. Untuk kedalaman A3 – A6, pendekatan yang berbeda sangatlah dibutuhkan. Sisi lain untuk perawatan lapisan, ketebalan harus ditandai sepanjang A8 S atau A7 R, dan tempatkan busar ke tengah dari antiklin. Hasil ini membuktikan fakta bahwa pertengahan O5 dan O6 berada diatas lapisan horizon A3.
- Bekas dari pada permukaan dapat digambar secara halus pada kurva sebagai “angular hingers” dari pada antiklin, kemudian diperpanjang sebagai garis bagi dari busar PQ.
Analisis :
- Dalam kasus lipatan parallel, kondisi di lapangan sewaktu pembuktian jenis lipatan haruslah dalan keadaan normal – stabil - , sehingga penggunaan persamaan – persamaan yang telah dikonsep dan ditentukan sangatlah terbatas pada kondisi-kondisi tertentu.
- Kondisi yang ditemukan di lapangan pada lipatan parallel bila sesuai dengan konsep akan mendapatkan suatu hasil yang sangat mengejutkan, sangat sesuai dengan kondisi aktualnya.
- Penyelesaian masalah pada kondisi lipatan paralel, peranan dip semu tidaklah sedominan peranan dip asli. Dimana dip semu yang telah diperoleh harus terlebih dahulu diproyeksikan ke dalam dip asli untuk pemecahan masalah. Pemindahan ini dimaksidkan untuk memperolah hasil yang benar-benar mencerminkan kondisi asli yang sebenarnya dilapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar